Friday, May 8, 2020

BAGAIMANA MANUSIA MEMAHAMI UJARAN (Bagian I)

Telah dibicarakan pada pertemuan sebelumnya bahwa salah satu persoalan yang menjadi pertanyaan penting dalam Psikolinguistik adalah tentang “bagaimana manusia memahami ujaran?”. Pertanyaan ini tidak mudah dijawab walaupun telah banyak dilakukan penelitian. Sulit ditelusuri bagaimana sebenarnya kita dapat memahami pembicaraan yang disampaikan orang lain. Semuanya seolah-olah berlangsung secara otomatis dan di luar kesadaran.
Menurut Taylor (1990: 53-54) ada beberapa langkah yang dilakukan pada saat memahami ujaran.

1) menerima bunyi ujaran
2) mengenali kata-kata
3) memahami setiap kalimat
4) menghubungkan setiap kalimat dengan kalimat sebelumnya
5) mengidentifikasi ide-ide penting dan mengabaikan yang tidak penting, 
6) menarik kesimpulan dan kesimpulan


Pendapat kedua dikemukakan Richards et al (1992:268-269), menurutnya pemahaman terhadap ujaran  dimulai dengan sebuah proses yang disebut “persepsi”, ‘perception’.  

Menurutnya, "persepsi" adalah “pengenalan dan pemahaman terhadap peristiwa, benda, atau rangsangan melalui indra penglihatan, pendengaran, perasa, dan sebagainya. 

Selanjutnya, Richards membedakan persepsi menjadi tiga, yaitu (1) persepsi penglihatan, ‘visual perception’, (2) persepsi pendengaran, ‘auditory perception’, serta (3) persepsi tuturan, ‘speech perception’. Persepsi penglihatan meliputi informasi dan rangsangan yang melalui indra penglihatan. Persepsi pendengaran meliputi informasi dan rangsangan yang diperoleh melalui indra pendengaran. 

Persepsi ini memerlukan kemampuan mengenal dan membedakan berbagai jenis tanda bunyi. Persepsi ujaran meliputi pemahaman terhadap ujaran atau tuturan yang disampaikan oleh orang lain.

Menurut Darjowijoyo (2003:59) pemahaman terhadap ujaran dapat dibedakan atas dua macam, yaitu: (1) pemahaman yang berkaitan dengan ujaran yang kita dengar serta (2) pemahaman yang berkaitan dengan tindakan yang perlu dilakukan setelah pemahaman yang pertama. 

Selanjutnya, Darjowijoyo (2003:62) mengatakan bahwa pemahaman yang pertama itu dapat disamakan dengan memberi makna terhadap bunyi bahasa. Tentu saja, pemahaman tersebut dapat diperoleh apabila kita memahami refresentasi makna  yang terkandung dalam kalimat tersebut bukan sekadar mendengar atau membacanya saja.

Jika ada kalimat berbunyi “Perempuan dan laki-laki tua itu telah lama pergi”. Kalimat ini tidak mudah dipahami karena dapat menimbulkan arti yang ambigu. Pemahaman yang sesungguhnya mungkin dapat kita peroleh manakala kita mengetahui konteks kalimat tersebut.
         
“Apakah yang tua itu laki-lakinya?”

Ataukah

“Perempuan dan laki-lakinya sama-sama tua?”.
         
Untuk memahami kalimat ini dengan utuh diperlukan, tiga kemampuan yaitu:   
1) pengetahuan umum, 
2) strategi sintaktik, serta 
3) strategi semantik. (Darjowijoyo, 2003:67)



         



                                                     

No comments:

SALAH TULIS

Hermawan Aksan wartawan Tribun Jabar KITA biasa menyebutnya typo, dari istilah typographical error. Maknanya, kesalahan ketik atau salah ket...