Dr. Asep Nurjamin
Bagaimana cara mengajarkan keterampilan
mendengarkan? Banyak orang menguira, mendengarkan itu tidak perlu dilatih dan
diajarkan. Jelas, ini keliru. Kalau sekadar mendengar, semua orang byang
terlahir dengan alat dengar yang lengkap pasti dapat mendengar semua suara.
Akan tetapi, untuk sampai pada kemampuan memahami isi pembicaraan diperlukan
pelatihan dan pembelajaran yang benar.
Pembelajaran mendengarkan ini harus diajarkan
pada semua jenjang kelas, mulai dari kelas satu sampai kelas enam. Yang berbeda
hanyalah intensitasnya sesuai dengan perkembangan fisik dan mentalnya.
Ada tiga hal penting yang harus ditekankan
dalam pembelajaran mendengarkan, yaitu (1) memusatkan perhatian pada suara yang
seharusnya didengar, (2) memahami isi pembicaraan, serta (3) bersikap sopan
santun dan menghargai pembicara.
Memusatkan perhatian
pada suara yang seharusnya didengar. Kemampuan mendengar dimulai dengan memilih
bahan yang harus didengar. Tidak semua suara
harus didengar. Tidak semua orang yang berbicara mesti diperhatikan.
Para siswa harus dilatih memilih
pembicaraan yang penting dan diperlukan.
Untuk melatih kemampuan memusatkan perhatian
pada suara yang seharusnya didengar dapat dilakukan dengan cara menyampaikan
pesan secara berbisik. Guru berbicara dari jarak beberapa meter dari siswa,
kemudian mereka diminta mengulang kalimat yang diucapkan guru. Bisa juga
divariasikan dengan meminta siswa untuk berbisik dan ditebak siswa lain.
Intinya, siswa dilatih memusatkan perhatian
kepada pembicara. Dia tidak terlihat membagi perhatian dengan hal lain.
Misalnya, dengan memainkan jari, memainkan HP, atau malah asyik memandang ke
tempat lain yang tidak ada hubungannya dengan isi pembicaraan.
Memahami isi
pembicaraan. Untuk
melatih memahami isi pembicaraan, mintalah siswa mengulang kalimat yang
diucapkan pembicara. Pada pelatihan selanjutnya, mintalah siswa menyampaikan
isi pembicaraan dengan kalimat yang berbeda, dengan kalimat buatannya sendiri. Pada
pelatihan selanjutnya, mintalah siswa membuat kesimpulan dari sebuah pembicaran
dengan menggunakan kalimat sendiri. Pelatihannya dilakukan terus-menerus setiap
hari pada setiap pembelajaran.
Ada dua kemungkinan makna isi pembicaraan yang
harus dipahami pendengar. Pertama, makna yang tersurat atau eksplisit. Kedua,
makna yang tersirat atau implisit. Untuk melatihnya, guru bertanya kepada
siswa, “Apa yang dibicarakan?” pertanyaan ini tidak mudah dijawab pada tahap
awalnya. Akan tetapi, setelah sering menjawab pertanyaan ini, insya Allah siswa
akan dapat menjawabnya dengan benar. Oleh karena itu, untuk melatihnya
diperlukan kesabaran dari guru. Buanglah pikiran, ingin mencapai hasil
secepatnya karena belajar itu memerlukan waktu dan usaha yang
terus-menerus.
Bersikap sopan santun dan
menghargai pembicara. Para siswa harus dilatih bersikap pada saat mendengarkan orang yang
sedang berbicara. Hal ini dilakukan dengan melatih pandangan mata, posisi
badan, anggota badan.
Pusatkan pandangan kepada pembicara dengan
lembut dan tidak menyerang. Variasikan dengan memandang ke tempat lain tetapi
jangan tunjukkan sikap bosan dan berharap pembicara segera menyelesaikan
pembicaraannya. Apa yang ada dalam perasaan kita akan segera terlihat pada mata
kita. Oleh karena itu, jagalah perasaan jangan sampai membuat pembicara
tersinggung.
Sikap gelisah dan tidak memperhatikan pembicara
adalah sikap yang umumnya dimiliki siswa kita. Guru harus sabar mengarahkan dan
melatihnya. Pelatihannya harus dilakukan secara bertahap, setiap hari, selama
siswa berada di dalam kelas dalam pembelajaran. Lihatlah kemajuan dan
perkembangannya setiap hari!
Modal terbesar untuk bersikap sopan dan
menghargai pembicara adalah “kesabaran.” Orang yang tidak sabar biasanya sering
memperlihatkan sikap yang kurang positif terhadap pembicara. Oleh karena itu,
latihlah mereka untuk sabar dan setia!
Pelatihan seperti ini tidak bisa dilakukan hanya satu atau dua kali
melainkan terus-menerus. Untuk itu, diperlukan kesabaran dan keseriusan dari
gurunya.
Siswa yang belum berhasil menjadi pendengar
yang “bersikap sopan santun dan menghargai pembicara,” harus terus diarahkan.
Selain dalam pembelajaran di dalam kelas, guru juga dapat melatihnya pada
kesempatan lain, misalnya pada saat istirahat atau kesempatan lain di luar jam
pelajaran.
@salam dari Asep
Nurjamin di Bumi Guntur Melati