Showing posts with label pelafalan. Show all posts
Showing posts with label pelafalan. Show all posts

Saturday, May 2, 2020

PENTINGKAH GURU TERAMPIL BERBAHASA (Bagian I)


Oleh: Dr. Asep Nurjamin

Guru perlu memiliki kemampuan yang baik dalam berbahasa karena tiga perkara. Pertama, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran. Kedua, bahasa Indonesia sebagai salah satu bahan yang harus dipelajari dan dikusai siswa. Ketiga, guru akan menjadi model yang akan dicontoh siswanya dalam berbahasa.

Setidaknya, ada tiga perkara yang mendorong guru untuk menguasai keterampilan berbahasa. Pertama, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran. Pada semua tahapan pembelajaran di kelas, guru berperan aktif sebagai motivator, penjelas, pengarah, dan penjaga agar siswa tetap dan terus belajar. Untuk menjalankan perannya itu, guru memberi arahan, penjelasan, mengajukan pertanyaan, membimbing, sampai menilai. Semua itu harus dilakukan menggunakan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, guru harus memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik dibanding orang biasa yang bukan guru.
Walaupun boleh menggunakan bahasa daerah, bahasa Indonesialah yang sebenarnya dituntut untuk dipergunakan guru sebagai bahasa pengantar. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Bab XV Pasal 16. Dikatakan bahwa  “bahasa Indonesia sebagai bahasa negara”. Hal ini  mengandung pengertian, bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang harus dipergunakan pada saat
1)      situasi resmi kenegaraan,
2)      administrasi dan dokumen kenegaraan,
3)      bahasa dalam kegiatan resmi seperti upacara, rapat, dan sebagainya
4)      bahasa pengantar di dalam pendidikan, serta
5)      bahasa resmi dalam administrasi dan dokumentasi pemerintahan.

              Keberhasilan guru dalam menerangkan, menjelaskan, memberi petunjuk, memberi contoh, menjawab pertanyaan, bahkan memeragakan sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam menggunakan bahasa. tidak jarang kita temukan guru yang penjelasannya justru sulit dipahami. Semakin banyak kalimat yang diucapkannya semakin tidak jelas apa yang dikatakannya. Guru yang seperti ini, cenderung akan membuatnya siswanya frustasi dan kehilangan minat untuk belajar.
Tidak mudah bagi seorang guru untuk membuat kalimat yang sederhana, tidak rumit, dan mudah dipahami. Setidaknya, guru harus senanatiasa mengontrol setiap kalimat yang diucapkannya. Sebelum disampaikan, guru terlebih dahulu memikirkan rumusan kalimat yang akan diucapkannya. Di samping itu, perlu pula diperhitungkan tingkat keterpahaman kalimatnya.  
Keterpahaman Kalimat yang diucapkan guru dimaknai “mudah atau sulitnya” dipahami kalimat yang diucapkan guru. Hal ini dipengaruhi oleh: tempo, pelafalan, serta panjang pendeknya kalimat.
“Tempo” berarti cepat atau lambatnya guru bicara. Jarak antara kalimat yang kesatu dengan yang kedua diucapkan tidak terlalu cepat. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mendengar dengan baik dan memikirkan isinya. Akan tetapi, berbicara dengan tempo yang terlalu lambat juga mungkin akan membosankan. Jadi, aturlah secukupnya. Intinya, siswa punya waktu untuk mencerna setiap kalimat yang kita ucapkan. Perhatikanlah reaksi siswa atas setiap kalimat yang kita ucapkan. Periksalah selalu keterlibatan perhatian dan pemahaman mereka terhadap kalimat-kalimat yang kita ucapkan.
“Pelafalan” berarti cara guru melafalkan setiap bunyi bahasa. Pada ucapan guru harus jelas terbedakan antara bunyi  fonem vokal seperti “a”, “i”, “u”, “o”. Demikian juga untuk fonem konsonan seperti “r”, “l”, “m”, “n” dan sebagainya. Semuanya tidak boleh diucapkan secara samar dan tidak jelas karena akan menimbulkan kesulitan untuk dipahami.   

(insya Allah bersambung)

SALAH TULIS

Hermawan Aksan wartawan Tribun Jabar KITA biasa menyebutnya typo, dari istilah typographical error. Maknanya, kesalahan ketik atau salah ket...