Dr. Asep Nurjamin
Pada
pertemuan sebelumnya telah dikemukakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi
pemahaman kita terhadap ujaran, yaitu: (1) pengetahuan dunia, (2) strategi
sintaktik, serta (3) strategi semantik (Darjowijoyo, 2003:67). Ketiga kemampuan
inilah yang akan mempengaruhi keterpahaman sebuah teks.
Pada
dasarnya, setiap manusia telah memiliki ketiga kemampuan tersebut. Akan tetapi,
keluasan dan kedalamannya berbeda-beda pada setiap orang sehingga pemahaman
setiap orang terhadap sebuah teks tidak akan sama. Teks atau kalimat yang
berada dalam jangkauan ketiga kemampuan tersebut akan bisa dipahami dengan
mudah. Sebaliknya, teks yang berada di luar jangkauannya akan relatif sulit
dipahami.
Selanjutnya,
ketiga faktor ini akan dibicarakan satu persatu.
Pengetahuan
dunia. Istilah ini sebenarnya dapat diganti dengan istilah
‘pengalaman” yang merujuk pada apa yang telah diketahui pada masa lalu. Hal-hal
yang telah kita ketahui pada masa lalu menjadi modal untuk memahami sebuah
ujaran. Pengalaman ini tiada lain pengetahuan tentang kebiasaan-kebiasaan yang
dilakukan dalam kegiatan masyarakat. Semakin banyak yang kita ketahui semakin
banyak pengalaman yang pada akhirnya akan mempermudah pemahaman terhadap
ujaran. Walaupun demikian, perlu disadari bahwa tidak setiap yang kita alami
akan menjadi pengetahuan dan pengalaman kita. Segala sesuatu yang kita alami
baru akan menjadi pengetahuan yang membantu kita dalam memahami ujaran, apabila
kita memberi makna terhadap apa yang kita alami itu.
Pengalaman
yang tidak diberi makna hanya akan lewat begitu saja, tidak akan menjadi milik
kita dan memperkaya wawasan kita. Oleh karena itu, luas atau tidaknya wawasan
seseorang atau pengetahuan tentang dunia yang dimiliki seseorang tidak identik
dengan tinggi rendahnya usia seseorang. Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa
pengetahuan tentang dunia itu sama perannya dengan pengetahuan siap.
Pengetahuan siap itu sendiri dibangun melalui pengalaman yang diberi makna.
Oleh karena itu, pemaknaan terhadap apa yang dialami akan menentukan bertambah
atau tidaknya pengetahuan siap seseorang.
Pengetahuan
tentang dunia tersebut di atas secara sederhana dapat diartikan pula sebagai
pengetahuan tentang budaya dalam masyarakat tertentu. Dalam memahami teks
sastra pengetahuan seperti ini disebut Teeuw (1988) sebagai kode budaya. Tentu
saja, setiap bahasa memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Oleh karena
itu, latar belakang budaya masyarakat Indonesia berbeda dengan latar belakang
budaya masyarakat lainnya. Setiap masyarakat memiliki kebiasaan-kebiasaan yang
berbeda. Dengan demikian, pengetahuan dunia yang dimiliki oleh seorang penutur
bahasa Indonesia tidaklah cukup untuk dijadikan pengetahuan siap dalam memahami
ujaran dalam bahasa Arab, misalnya.
Strategi
sintaktik. Strategi ini merupakan kemampuan dari segi struktur
kebahasaan yakni pengetahuan mengenai kebiasaan-kebiasaan dalam kalimat bahasa
Indonesia. Jika ada seseorang yang mengatakan “Saya akan pergi ke …”. Dalam
pikiran kita muncul bayangan tentang nama tempat. Hal ini terjadi karena
begitulah kebiasaan dalam bahasa Indonesia. Kata depan “ke” biasanya diikuti
dengan nama tempat. Demikian pula halnya dengan contoh kalimat “Orang itu pergi
dengan wajah … ”. Bagian yang kosong dalam kalimat seperti
itu biasanya diisi dengan kata sifat, seperti “sedih”, “kecewa”, “duka”, dan
yang sejenisnya. Apabila kitak menemukan kata yang tertulis “lamu” dalam
kalimat “Setibanya di ruangan, dengan segera ia menyalakan lamu”. Secara
otomatis kita dapat menebak bahwa telah terjadi salah tulis. Kata itu
seharusnya tertulis “lampu” bukan “lamu”.
Strategi
semantik. Pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai aspek
makna dalam struktur kalimat akan sangat membantu memahami ujaran. Perhatikanlah
kalimat ini!
“Dalam sekejap Rani dan Rina berlalu dari hadapanku. Keduanya
seperti menyisakan kehampaan dalam ruang batinku”.
Perhatikanlah
kata “keduanya” pada kalimat yang kedua! Apabila kita tidak melihat kalimat
yang pertama niscaya kita tidak dapat memahami “siapa sebenarnya yang dimaksud
dengan kata ‘keduanya’“ tersebut. Inilah salah satu contoh penggunaan strategi
semantik dalam memahami ujaran.
@salam dari
Asep Nurjamin di Bumi Guntur Melati
No comments:
Post a Comment