Dr. Asep
Nurjamin
Sudah jadi kodrat
manusia untuk senantiasa berkomunikasi dengan orang yang ada di sekitarnya. Untuk
berkomunikasi itu diperlukan alat komunikasi yang sama-sama dipahami. Alat
komunikasi inilah yang disebut “bahasa”.
Kemampuan
manusia dalam berkomunikasi itu pun terus berkembang seiring dengan semakin
banyaknya pengalaman dan kebutuhan berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi yang
pada awalnya hanya sebatas komunikasi lisan telah bertambah dengan kemampuan
berkomunikasi secara tertulis.
Dalam
istilah “berkomunikasi” itu sendiri tergambar ada pihak yang terlibat, yaitu
pihak yang memberitahu dan pihak yang diberi tahu. Jika dalam komunikasi lisan,
“pihak yang memberi tahu itu” disebut “pembicara” sedangkan yang diberitahu
disebut “penyimak”. Istilah “pembicara” berarti “orang yang berbicara”
sedangkan istilah “penyimak” berarti “orang yang menyimak”. Dalam komunikasi
tulis, “orang yang memberi tahu” itu disebut “penulis” sedangkan “orang diberi
tahu” disebut “pembaca”. “Penulis” berarti “orang yang menulis” sedangkan “pembaca”
berarti “orang yang membaca”.
Kemampuan
manusia dalam berkomunikasi itu dapat
dibedakan atas empat keterampilan,
yaitu: (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, serta
(4) keterampilan
menulis. Berdasarkan hakikatnya, keempat keterampilan ini dapat dibedakan atas
keterampilan lisan dan keterampilan tulis. Keterampilan menyimak dan keterampilan
berbicara termasuk ke dalam kelompok keteramplan lisan. Pada pihak lain, keterampilan membaca dan keterampilan
menulis
termasuk ke dalam kelompok keterampilan tulis.
Keempat
keterampilan berbahasa tersebut di atas dapat pula dibedakan pula atas keterampilan aktif produktif dan
keterampilan aktif
reseptif. Keterampilan berbicara dan keterampilan menulis termasuk kelompok
keterampilan aktif produktif
sedangkan keterampilan menyimak dan membaca termasuk kelompok keterampilan yang
bersifat aktif reseptif.
Keterampilan
berbicara disebut keterampilan yang bersifat aktif produktif karena
kegiatan berbicara selalu menghasilkan suatu produk berbicara yaitu
“ujaran”. Produk kegiatan berbicara ini pun sering disebut dengan
istilah “tuturan” atau “pembicaraan”. Jadi ketiga
istilah dianggap bersinonim. Keterampilan
menulis disebut keterampilan yang bersifat aktif produktif karena
menghasilkan sesuatu produk yaitu “tulisan” atau
“karangan”.
Pada pihak
lain, keterampilan menyimak termasuk keterampilan yang bersifat aktif
reseptif
karena di dalam keterampilan
ini penyimak
bersifat “memahami” tuturan orang lain. Demikian pula halnya dengan
keterampilan membaca yang hanya bersifat memahami tulisan.
Dalam keterampilan lisan, berbicara dan menyimak merupakan keterampilan yang
saling melengkapi. Pada saat dua orang “mengobrol” pergantian peran antara
pembicara dan penyimak berlangsung secara alamiah dan berlangsung tanpa
disadari. Orang kesatu mengajukan pertanyaan, dalam hal ini orang kesatu
berperan sebagai pembicara sementara orang kedua berperan sebagai penyimak.
Selanjutnya, pada saat orang kedua menjawab, orang pertama menjadi penyimak
sedangkan orang kedua berperan sebagai pembicara. Pergantian peran di antara
pembicara akan terus berlangsung secara alamiah dan sering tanpa disadari.
Kedua keterampilan tersebut, yaitu berbicara dan menyimak cenderung
dilakukan dalam komunikasi langsung. Pembicara dan penyimak berhadapan secara
tatap muka dan berada pada tempat yang sama dengan jarak yang relatif dekat
sehingga memungkinkan di antara keduanya untuk saling mendengarkan
pembicaraannya. Lebih dari itu, dengan kemajuan teknologi komunikasi, pada saat
ini pembicara dan penyimak dapat pula berkomunikasi secara langsung walaupun
berada di tempat yang berbeda dengan jarak yang relatif jauh. Hal ini dapat
dilakukan dengan bantuan alat komunikasi seperti telefon genggam, ‘hand phone’, skype, teleconfrence, dan sebagainya.
Dua keterampilan berikutnya, yaitu keterampilan menulis dan keterampilan
membaca. Keduanya, dapat digolongkan ke dalam keterampilan dalam berkomunikasi
secara tidak langsung. Dua orang yang berada di tempat yang berbeda dapat
berkomunikasi secara tidak langsung. Dalam komunikasi ini, pembicara berusaha
mengubah pesan yang biasanya disampaikan secara lisan ke dalam bentuk
lambang-lambang tertulis. Lambang-lambang tertulis itu mencakup huruf-huruf
yang dirangkai menjadi sukukata, kata, dan kalimat sehingga menjelma menjadi
sebuah “surat”. Pada masa kini, bentuk surat yang menggunakan kertas dan pulpen
telah berkembang menjadi surat yang memanfaatkan perangkat elektronik seperti “e-mail” dan “pesan pendek” pada telefon
genggam yang lebih dikenal dengan nama “layanan pesan pendek”, ‘short message service’ yang disingkat
jadi SMS.
Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa surat itu merupakan
tulisan yang melambangkan pesan lisan yang hendak diutarakan pembicara kepada
pendengarnya. Akan tetapi, karena pesan yang hendak disampaikan itu sudah
berubah bentuk menjadi tulisan maka peran “si pengirim pesan” itu sudah berubah
menjadi “penulis surat”, bukan lagi sebagai pembicara. Penerima surat pun tidak
dapat disebut “penyimak” karena keterampilan yang dipergunakannya untuk memahami
pesan tertulis bukanlah keterampilan “menyimak” melainkan keterampilan
“membaca”.
Di samping
memiliki kelemahan. Pesan yang disampaikan secara tertulis itu ternyata
memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan pesan yang disampaikan secara
lisan. Pesan tertulis itu akan terawetkan. Sebaliknya, pesan yang disampaikan
secara lisan akan segera hilang begitu pembicara selesai menyampaikan
maksudnya. Dengan demikian, pesan tertulis itu masih dapat dibaca oleh orang
yang terpisah jarak dan waktu. Ini berarti bahwa tulisan itu masih akan dapat
dibaca oleh orang yang jaraknya berada jauh dari tempat penulisnya. Di samping
itu, pesan tertulis itu masih dapat dibaca walaupun penulisnya sudah meninggal
dunia, penulis dan pembaca terpaut jarak waktu yang cukup lama. Sebagai contoh,
hadist-hadist Rosulullah shalallahu
alaihi wassalam yang
telah dibukukan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim masih dapat dibaca hingga
saat ini walaupun kedua ulama besar itu telah lama wafat.
Dari paragraf di atas dapat diketahui bahwa “keterampilan membaca” adalah keterampilan yang dilakukan untuk
mencari informari dari bacaan dan atau memahami pesan tertulis. Pada saat membaca, pembaca tampak diam tetapi
sebenarnya pikirannya aktif bekerja. Pembaca berusaha mamahami maksud dari
setiap kalimat yang terdapat dalam tulisan. Selanjutnya, pembaca menghubungkan
kalimat-kalimat itu dengan pengetahuannya. Misalnya, pengetahuan tentang
kebiasaan-kebiasaan. Pembaca berusaha memahami semua maksud dari
kalimat-kalimat yang tertulis, baik maksud yang tersurat maupun maksud yang
tersirat. Untuk itu, pembaca harus memusatkan perhatian, berkonsentrasi terhadap bacaannya. Jadi, selama proses
pembacaan berlangsung, pikiran pembaca itu aktif, bekerja untuk memahami
pesan-pesan tertulis. Oleh karena itulah, keterampilan membaca disebut sebagai keterampilan
aktif reseptif.
@salam dari Asep
Nurjamin Guntur Melati, 6 September 2020
MEMBACA
DAN EMPAT
KETERAMPILAN BERBAHASA
Dr. Asep
Nurjamin
Sudah jadi kodrat
manusia untuk senantiasa berkomunikasi dengan orang yang ada di sekitarnya. Untuk
berkomunikasi itu diperlukan alat komunikasi yang sama-sama dipahami. Alat
komunikasi inilah yang disebut “bahasa”.
Kemampuan
manusia dalam berkomunikasi itu pun terus berkembang seiring dengan semakin
banyaknya pengalaman dan kebutuhan berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi yang
pada awalnya hanya sebatas komunikasi lisan telah bertambah dengan kemampuan
berkomunikasi secara tertulis.
Dalam
istilah “berkomunikasi” itu sendiri tergambar ada pihak yang terlibat, yaitu
pihak yang memberitahu dan pihak yang diberi tahu. Jika dalam komunikasi lisan,
“pihak yang memberi tahu itu” disebut “pembicara” sedangkan yang diberitahu
disebut “penyimak”. Istilah “pembicara” berarti “orang yang berbicara”
sedangkan istilah “penyimak” berarti “orang yang menyimak”. Dalam komunikasi
tulis, “orang yang memberi tahu” itu disebut “penulis” sedangkan “orang diberi
tahu” disebut “pembaca”. “Penulis” berarti “orang yang menulis” sedangkan “pembaca”
berarti “orang yang membaca”.
Kemampuan
manusia dalam berkomunikasi itu dapat
dibedakan atas empat keterampilan,
yaitu: (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, serta
(4) keterampilan
menulis. Berdasarkan hakikatnya, keempat keterampilan ini dapat dibedakan atas
keterampilan lisan dan keterampilan tulis. Keterampilan menyimak dan keterampilan
berbicara termasuk ke dalam kelompok keteramplan lisan. Pada pihak lain, keterampilan membaca dan keterampilan
menulis
termasuk ke dalam kelompok keterampilan tulis.
Keempat
keterampilan berbahasa tersebut di atas dapat pula dibedakan pula atas keterampilan aktif produktif dan
keterampilan aktif
reseptif. Keterampilan berbicara dan keterampilan menulis termasuk kelompok
keterampilan aktif produktif
sedangkan keterampilan menyimak dan membaca termasuk kelompok keterampilan yang
bersifat aktif reseptif.
Keterampilan
berbicara disebut keterampilan yang bersifat aktif produktif karena
kegiatan berbicara selalu menghasilkan suatu produk berbicara yaitu
“ujaran”. Produk kegiatan berbicara ini pun sering disebut dengan
istilah “tuturan” atau “pembicaraan”. Jadi ketiga
istilah dianggap bersinonim. Keterampilan
menulis disebut keterampilan yang bersifat aktif produktif karena
menghasilkan sesuatu produk yaitu “tulisan” atau
“karangan”.
Pada pihak
lain, keterampilan menyimak termasuk keterampilan yang bersifat aktif
reseptif
karena di dalam keterampilan
ini penyimak
bersifat “memahami” tuturan orang lain. Demikian pula halnya dengan
keterampilan membaca yang hanya bersifat memahami tulisan.
Dalam keterampilan lisan, berbicara dan menyimak merupakan keterampilan yang
saling melengkapi. Pada saat dua orang “mengobrol” pergantian peran antara
pembicara dan penyimak berlangsung secara alamiah dan berlangsung tanpa
disadari. Orang kesatu mengajukan pertanyaan, dalam hal ini orang kesatu
berperan sebagai pembicara sementara orang kedua berperan sebagai penyimak.
Selanjutnya, pada saat orang kedua menjawab, orang pertama menjadi penyimak
sedangkan orang kedua berperan sebagai pembicara. Pergantian peran di antara
pembicara akan terus berlangsung secara alamiah dan sering tanpa disadari.
Kedua keterampilan tersebut, yaitu berbicara dan menyimak cenderung
dilakukan dalam komunikasi langsung. Pembicara dan penyimak berhadapan secara
tatap muka dan berada pada tempat yang sama dengan jarak yang relatif dekat
sehingga memungkinkan di antara keduanya untuk saling mendengarkan
pembicaraannya. Lebih dari itu, dengan kemajuan teknologi komunikasi, pada saat
ini pembicara dan penyimak dapat pula berkomunikasi secara langsung walaupun
berada di tempat yang berbeda dengan jarak yang relatif jauh. Hal ini dapat
dilakukan dengan bantuan alat komunikasi seperti telefon genggam, ‘hand phone’, skype, teleconfrence, dan sebagainya.
Dua keterampilan berikutnya, yaitu keterampilan menulis dan keterampilan
membaca. Keduanya, dapat digolongkan ke dalam keterampilan dalam berkomunikasi
secara tidak langsung. Dua orang yang berada di tempat yang berbeda dapat
berkomunikasi secara tidak langsung. Dalam komunikasi ini, pembicara berusaha
mengubah pesan yang biasanya disampaikan secara lisan ke dalam bentuk
lambang-lambang tertulis. Lambang-lambang tertulis itu mencakup huruf-huruf
yang dirangkai menjadi sukukata, kata, dan kalimat sehingga menjelma menjadi
sebuah “surat”. Pada masa kini, bentuk surat yang menggunakan kertas dan pulpen
telah berkembang menjadi surat yang memanfaatkan perangkat elektronik seperti “e-mail” dan “pesan pendek” pada telefon
genggam yang lebih dikenal dengan nama “layanan pesan pendek”, ‘short message service’ yang disingkat
jadi SMS.
Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa surat itu merupakan
tulisan yang melambangkan pesan lisan yang hendak diutarakan pembicara kepada
pendengarnya. Akan tetapi, karena pesan yang hendak disampaikan itu sudah
berubah bentuk menjadi tulisan maka peran “si pengirim pesan” itu sudah berubah
menjadi “penulis surat”, bukan lagi sebagai pembicara. Penerima surat pun tidak
dapat disebut “penyimak” karena keterampilan yang dipergunakannya untuk memahami
pesan tertulis bukanlah keterampilan “menyimak” melainkan keterampilan
“membaca”.
Di samping
memiliki kelemahan. Pesan yang disampaikan secara tertulis itu ternyata
memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan pesan yang disampaikan secara
lisan. Pesan tertulis itu akan terawetkan. Sebaliknya, pesan yang disampaikan
secara lisan akan segera hilang begitu pembicara selesai menyampaikan
maksudnya. Dengan demikian, pesan tertulis itu masih dapat dibaca oleh orang
yang terpisah jarak dan waktu. Ini berarti bahwa tulisan itu masih akan dapat
dibaca oleh orang yang jaraknya berada jauh dari tempat penulisnya. Di samping
itu, pesan tertulis itu masih dapat dibaca walaupun penulisnya sudah meninggal
dunia, penulis dan pembaca terpaut jarak waktu yang cukup lama. Sebagai contoh,
hadist-hadist Rosulullah shalallahu
alaihi wassalam yang
telah dibukukan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim masih dapat dibaca hingga
saat ini walaupun kedua ulama besar itu telah lama wafat.
Dari paragraf di atas dapat diketahui bahwa “keterampilan membaca” adalah keterampilan yang dilakukan untuk
mencari informari dari bacaan dan atau memahami pesan tertulis. Pada saat membaca, pembaca tampak diam tetapi
sebenarnya pikirannya aktif bekerja. Pembaca berusaha mamahami maksud dari
setiap kalimat yang terdapat dalam tulisan. Selanjutnya, pembaca menghubungkan
kalimat-kalimat itu dengan pengetahuannya. Misalnya, pengetahuan tentang
kebiasaan-kebiasaan. Pembaca berusaha memahami semua maksud dari
kalimat-kalimat yang tertulis, baik maksud yang tersurat maupun maksud yang
tersirat. Untuk itu, pembaca harus memusatkan perhatian, berkonsentrasi terhadap bacaannya. Jadi, selama proses
pembacaan berlangsung, pikiran pembaca itu aktif, bekerja untuk memahami
pesan-pesan tertulis. Oleh karena itulah, keterampilan membaca disebut sebagai keterampilan
aktif reseptif.
@salam dari Asep
Nurjamin Guntur Melati, 6 September 2020